Hello, my name is Satan. Don't you feel afraid?
"Nama?"
"Syahfwat"
"Apa? Syahwat?"
"Syah-fwat. S.Y.A.H.F.W.A.T"
"Nama kok aneh2 -__-"
PLEK. Terdengar bunyi stempel yg diletakan diselembar paspor.
"Nama?"
"Zamaleth"
"Pake 'Jet' yah depannya neng?"
"Hah? Apa?"
"Pake 'JET' yah depannya neng?
"Hah? Apaan sih? -___-" (bingung)
"PAKE 'JET' YAH DEPANNYA NENG???" (emosi)
"Eh! Jangan teriak2 dong!"
'Dikira saya neng budek, abis saya tanya daritadi jawabnya, HAH HEH HAH HEH mulu"
"Saya tidak budek"
"Terus kenapa atuh nggak menjawab?"
"Loh, Saya itu tidak mengerti pak, maksud bapak 'Jet' tuh pesawat terbang? Saya datang naik kapal fery kok!"
"Maksud saya teh di nama 'neng.Pake 'jet' yah? depannya? Kan namanya Jamaleth!"
"Maksudnya 'ZET'?"
"He-eh eta!"
"Ya ampunn!"
Terdengar tepukan di dahi yg diiringi suara tawa.
"Nama?"
"Su.. Sumanto.." (gugup)
"JADI KAMU YG MAKAN DAGING ORANG MATI??"
"Bu.. bukan saya pak! Bapak salah tangkep.. i..itu"
"HEH! SATUSATUNYA ORANG YG NAMANYA SUMANTO DI DESA INI CUMA KAMU! SAYA DAPET LAPORAN ORANG YG NAMANYA SUMANTO MAKAN DAGING ORANG MATI! TIDAK MUNGKIN SALAH ORANG! JANGAN NGELES KAMU YAH!" (emosi)
"Ampun pak.. ampun!" (takut)
"Saya jadi polisi sudah lama. Saya yakin kamu kan biang keroknya! Sekarang ngaku, kamu ngapain aja sama itu mayat?!"
"Bukan pak! Demi Tuhann!!"
"Jadi kamu bilang saya salah?!"
"B..B bukan maksud saya begitu pak!"
"Sudah nyusahin, bacot pula!"
"Sudah nyusahin, bacot pula!"
PLAKK.. JEDUGG.. BAK BUK BAK BUK..
Hening..
Terdengar suara benda jatuh ke lantai..
Orang iseng: "Kamu suka main2 dengan Syahwat yah?"
Saya: "Hahhh???!!"
Petugas imigrasi kelautan: "Neng, Jamaleth dulunya lelaki yah?"
Saya: "Lohh?? Kok bisa bertanya begitu?"
Petugas imigrasi kelautan: "Habis, di kampung saya ada juga namanya Jamal, dia pergi keluar negeri buat operasi jadi wanita. Eh, neng teh bukan Jamal yg sudah jadi wanita kan?"
Saya: "Hahh??!!"
Kepala Desa: "Pak, Alhamdulillah, orang yg memakan mayat itu sudah tertangkap pak!"
Pak Polisi: "Ia, ini dia pak orangnya! Saya yg menangkangkapnya!" (bangga)
Pak Polisi: "Ia, ini dia pak orangnya! Saya yg menangkangkapnya!" (bangga)
Kepala Desa: "Loh.. bukan pak, maksud saya mau mengabari bahwa orangnya sudah ada di balai desa. Memangnya ini siapa pak? Penjahat juga yah?" (bingung)
Pak Polisi: "Hahhh??!!"
Saya: "Hhhrrr..!!" (emosi)
Tiga orang itu duduk berdesakan di dalam bis yg penuh sesak. Mereka masih harus menempuh 3 jam perjalanan lagi untuk sampai di kampung masing2. 3 orang dari berbagai generasi itu punya pengalaman dan cerita tersendiri. Kita tidak akan pernah tau tentang suatu kejadian jika tidak mengalami atau membaginya kepada orang lain.
Seorang pria yg memegang paspor berkata,"Pulang kampung?"
Dua orang lain yg duduk di sebelahnya mengangguk kecil.Wanita yg berada di sebelahnya tersenyum dan bertanya basa basi.Yang lelaki karena tidak enak sudah ditegur pun ikut dalam obrolan mereka.Entah kenapa muka lelaki itu sedikit bonyok seperti terkena pukulan.
Mereka saling berjabat tangan masing2.
"Syahfwat"
"Zamaleth"
"Sumanto"
Tidak ada yg tertawa, tidak ada yg salah menyebut kosa kata, dan tidak ada salah paham.
Pembicaraan diantara mereka terus mengalir begitu saja.Dan nama yg mereka bawa sejak lahir sudah tidak mempunyai arti lagi saat mereka saling mengenal satu sama lain.
Nama hanya sebutan, hanya pertanda dan nama itu doa.Jadi, apapun doa orang kepada kita, mengapa tidak kita syukuri dan nikmati saja? Jangan sampai dijadikan bahan ejekan dan sumber dosa semata.Nama untuk disyukuri, bukan untuk dicemoohkan.Jadi, pikirlah dua kali sebelum kamu mengejek nama orang lain.Apakah ia, nama saya sebagus itu?
2 jam sudah berlalu dan 3 orang itu sudah menemukan 3 sahabat baru.
Bus pun terus melaju:)
Seorang pria yg memegang paspor berkata,"Pulang kampung?"
Dua orang lain yg duduk di sebelahnya mengangguk kecil.Wanita yg berada di sebelahnya tersenyum dan bertanya basa basi.Yang lelaki karena tidak enak sudah ditegur pun ikut dalam obrolan mereka.Entah kenapa muka lelaki itu sedikit bonyok seperti terkena pukulan.
Mereka saling berjabat tangan masing2.
"Syahfwat"
"Zamaleth"
"Sumanto"
Tidak ada yg tertawa, tidak ada yg salah menyebut kosa kata, dan tidak ada salah paham.
Pembicaraan diantara mereka terus mengalir begitu saja.Dan nama yg mereka bawa sejak lahir sudah tidak mempunyai arti lagi saat mereka saling mengenal satu sama lain.
Nama hanya sebutan, hanya pertanda dan nama itu doa.Jadi, apapun doa orang kepada kita, mengapa tidak kita syukuri dan nikmati saja? Jangan sampai dijadikan bahan ejekan dan sumber dosa semata.Nama untuk disyukuri, bukan untuk dicemoohkan.Jadi, pikirlah dua kali sebelum kamu mengejek nama orang lain.Apakah ia, nama saya sebagus itu?
2 jam sudah berlalu dan 3 orang itu sudah menemukan 3 sahabat baru.
Bus pun terus melaju:)