Mungkin sanubariku masih berarti. Tapi, hati ini masih ingin memanggil namamu lagi.
Tidak
ingin namamu pergi dari hatiku. Karenamu, kota ini sunyi.
Aku ingin membuka kotak pandora itu.
Membuka
jalan ke dunia kematian, mencarimu disana dan memastikan kau tak sendiri.
Aku
ingin pergi mencari, ingin pergi memulai, tapi tidak tau kemana dan tidak tau
bagaimana.
Bahkan bila bisa kucabut tangan ini untuk melangkah seperti kaki, akan kusuruh
ia pergi jauh sampai menemukanmu, barulah ku izinkan untuk kembali. Bahkan mata
ini bisa melepas bayangmu yg tidak nyata, rekayasa batinku untuk sedetik
menghilang dari pelupuknya, akan kucopot dengan senang hati agar bisa berdiam
diri.
Andai saja aku bisa.. Andai saja aku berani..
Angin masih saja terus berbisik. Berbisik namamu, yang bahkan tidak kuketahui.
Aku tidak bisa mendengar desahan angin. Apalagi membedakan desahan sedih,
gundah, atau bingung -_- suara yang terlalu kecil dan datar.
Seperti
memang tidak mau bercengkrama denganku dan beri tau namamu.
Tapi aku mengerti, mereka ingin memilikimu. Agar aku tidak bisa menyentuhmu dan memilikimu abadi. Mereka
tak ingin berbagi namamu, nama seseorang yang tak pasti kutau dan kurindukan. Seseorang yang tak pernah kujamah tapi mampu membangunkanku dari tidurku, wujud yang tidak sama, yang aku sendiri tidak mengerti
apa. Perasaan membingungkan ini kadangkala membuatku tidak mengerti, tapi bisa
kupahami.
Yang jelas aku tau, angin masih menyiulkan namamu..
Mengharapkan kembali. Tapi mengapa tidak ada yang ingin menyebut namamu? Apakah
merekan enggan sekali membuka kerinduan lama yang ingin mereka kikis sampai
mati? Apakah mereka hanya ingin aku tidak tau kemana kau pergi? atau mereka ingin
aku hilang tanpa tau kau akan kesini?
Yang bisa kudengar dari sayup angin adalah kau pergi dalam diam. Sebelum
kematian bernyanyi di tempat sunyi. Setelah kebahagiaan masih malu untuk
bersembunyi di bawah trotoar kota ini. Ketika tapak-tapak kaki kuda masih membuat
dunia ini berisik dengan suaranya.
Tidakkah kau tau? Karenamu semua kota ini berubah jadi
sepi
Tidak dapat kudengar lagi suara anak kecil bermain dengan kepala botaknya.
Tidak kudengar lagi para lelaki sholat Jumat dengan suara serempaknya atau pesta pora
yang sering diadakan dengan riuhnya. Semua mati.
Karena itu, aku tidak bisa bertanya namamu dengan orang mati. Mereka lebih mati
daripada hantu gentayangan yang masih punya hasrat mengganggu sang hidup. Mereka
tulang daripada daging yang berjalan hanya untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.
Mereka tidak lebih dari binatang. Atau bahkan lebih rendah dari binatang?
Bahkan mereka tidak peduli lagi akan hidup ini..
Dengan apa yang kau perbuat setelah kau pergi, mengapa aku masih tidak diizinkan
untuk mengetahui namamu? Masihkah aku terlalu hina untuk tau namamu? Untuk menjeritkan namamu? Dosakah keinginanku sehingga Tuhan tidak mau
mengabulkan doaku? Hanya untuk sebuah nama yang ingin kutau. Yang seseorang tak
pernah ku sentuh..
Kulihat calon pacar wanita yang tidak akan pernah menjadi pacar itu masih menyapu halaman rumahnya yang kecil. Masih dengan wajah datar dan tidak tau. Atau dia memang sengaja tidak mau tau keinginannya untuk menjadi pacar lelaki? Sudah pupus?
Atau dia berpura-pura buta bahwa aku, sang pacar lelaki. Karena dia tidak lebih dari orang-orang mati itu. Hanya saja dia dibalut dengan kain sutera yang kurasa hanya pemikat sesaat.
Ingin kusalahkan kau. Karena hasratku hanya satu.. mengetahui namamu. Yang bahkan saat aku ingin menggapainya pun terasa pilu.
Dimana kamu?
Apakah ditempat dimana Ratu sudah gantung diri?
Atau tempat dimana Raja sudah tidak beristri?
Desiran angin menyapu wajahku..
Bahkan angin masih menyebut namamu..
Kulihat calon pacar wanita yang tidak akan pernah menjadi pacar itu masih menyapu halaman rumahnya yang kecil. Masih dengan wajah datar dan tidak tau. Atau dia memang sengaja tidak mau tau keinginannya untuk menjadi pacar lelaki? Sudah pupus?
Atau dia berpura-pura buta bahwa aku, sang pacar lelaki. Karena dia tidak lebih dari orang-orang mati itu. Hanya saja dia dibalut dengan kain sutera yang kurasa hanya pemikat sesaat.
Ingin kusalahkan kau. Karena hasratku hanya satu.. mengetahui namamu. Yang bahkan saat aku ingin menggapainya pun terasa pilu.
Dimana kamu?
Apakah ditempat dimana Ratu sudah gantung diri?
Atau tempat dimana Raja sudah tidak beristri?
Desiran angin menyapu wajahku..
Bahkan angin masih menyebut namamu..
yeah..when wind whisper my name.I am be goosebump..hehehh
BalasHapusmean?
BalasHapusit's just words:)
yeah...it's hust the words..
BalasHapushey..join also my blogger guy..:D
this is my blogger name: stinepaper.blogspot.com
BalasHapusyeah:) okay
BalasHapusthis words for comment very small I can't read it.
BalasHapus